tag:blogger.com,1999:blog-1329438985102496512024-03-08T15:02:42.994-08:00السلام عليكم ورحمة اللهِ وبركاتهuy@khttp://www.blogger.com/profile/10579418875154783361noreply@blogger.comBlogger2125tag:blogger.com,1999:blog-132943898510249651.post-83601800047937308822009-05-24T08:12:00.000-07:002009-05-24T08:14:38.803-07:00Apa yang kita sombongkan??Seorang pria yang bertamu ke rumah Sang Guru tertegun keheranan. Dia melihat Sang Guru sedang sibuk bekerja; ia mengangkuti air dengan ember dan menyikat lantai rumahnya keras-keras. Keringatnya bercucuran deras. Menyaksikan keganjilan ini orang itu bertanya, "Apa yang sedang Anda lakukan?"<br /><br />Sang Guru menjawab, "Tadi saya kedatangan serombongan tamu yang meminta nasihat. Saya memberikan banyak nasihat yang bermanfaat bagi mereka. Mereka pun tampak puas sekali. Namun, setelah mereka pulang tiba-tiba saya merasa menjadi orang yang hebat. Kesombongan saya mulai bermunculan. Karena itu, saya melakukan ini untuk membunuh perasaan sombong saya."<br /><br />Sombong adalah penyakit yang sering menghinggapi kita semua, yang benih- benihnya terlalu kerap muncul tanpa kita sadari. Di tingkat terbawah, sombong disebabkan oleh faktor materi. Kita merasa lebih kaya, lebih rupawan, dan lebih terhormat daripada orang lain.<br /><br />Di tingkat kedua, sombong disebabkan oleh faktor kecerdasan. Kita merasa lebih pintar, lebih kompeten, dan lebih berwawasan dibandingkan orang lain.<br /><br />Di tingkat ketiga, sombong disebabkan oleh faktor kebaikan. Kita sering menganggap diri kita lebih bermoral, lebih pemurah, dan lebih tulus dibandingkan dengan orang lain.<br /><br />Yang menarik, semakin tinggi tingkat kesombongan, semakin sulit pula kita mendeteksinya. Sombong karena materi sangat mudah terlihat, namun sombong karena pengetahuan, apalagi sombong karena kebaikan, sulit terdeteksi karena seringkali hanya berbentuk benih-benih halus di dalam batin kita.<br /><br />Akar dari kesombongan ini adalah ego yang berlebihan. Pada tataran yang lumrah, ego menampilkan dirinya dalam bentuk harga diri (self-esteem) dan kepercayaan diri (self-confidence) . Akan tetapi, begitu kedua hal ini berubah menjadi kebanggaan (pride), Anda sudah berada sangat dekat dengan kesombongan. Batas antara bangga dan sombong tidaklah terlalu jelas.<br /><br />Kita sebenarnya terdiri dari dua kutub, yaitu ego di satu kutub dan kesadaran sejati di lain kutub. Pada saat terlahir ke dunia, kita dalam keadaan telanjang dan tak punya apa-apa. Akan tetapi, seiring dengan waktu, kita mulai memupuk berbagai keinginan, lebih dari sekadar yang kita butuhkan dalam hidup. Keenam indra kita selalu mengatakan bahwa kita memerlukan lebih banyak lagi.<br /><br />Perjalanan hidup cenderung menggiring kita menuju kutub ego. Ilusi ego inilah yang memperkenalkan kita kepada dualisme ketamakan (ekstrem suka) dan kebencian (ekstrem tidak suka). Inilah akar dari segala permasalahan.<br /><br />Perjuangan melawan kesombongan merupakan perjuangan menuju kesadaran sejati. Untuk bisa melawan kesombongan dengan segala bentuknya, ada dua perubahan paradigma yang perlu kita lakukan. Pertama, kita perlu menyadari bahwa pada hakikatnya kita bukanlah makhluk fisik, tetapi makhluk spiritual. Kesejatian kita adalah spiritualitas, sementara tubuh fisik hanyalah sarana untuk hidup di dunia. Kita lahir dengan tangan kosong, dan (ingat!) kita pun akan mati dengan tangan kosong.<br /><br />Pandangan seperti ini akan membuat kita melihat semua makhluk dalam kesetaraan universal. Kita tidak akan lagi terkelabui oleh penampilan, label, dan segala "tampak luar" lainnya. Yang kini kita lihat adalah "tampak dalam". Pandangan seperti ini akan membantu menjauhkan kita dari berbagai kesombongan atau ilusi ego.<br /><br />Kedua, kita perlu menyadari bahwa apa pun perbuatan baik yang kita lakukan, semuanya itu semata-mata adalah juga demi diri kita sendiri.<br /><br />Kita memberikan sesuatu kepada orang lain adalah juga demi kita sendiri.<br /><br />Dalam hidup ini berlaku hukum kekekalan energi. Energi yang kita berikan kepada dunia tak akan pernah musnah. Energi itu akan kembali kepada kita dalam bentuk yang lain. Kebaikan yang kita lakukan pasti akan kembali kepada kita dalam bentuk persahabatan, cinta kasih, makna hidup, maupun kepuasan batin yang mendalam.<br /><br />Jadi, setiap berbuat baik kepada pihak lain, kita sebenarnya sedang berbuat baik kepada diri kita sendiri. <br /><br />Kalau begitu, apa yang kita sombongkan? (dari milis Daarut Tauhid)uy@khttp://www.blogger.com/profile/10579418875154783361noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-132943898510249651.post-7476098034228164102008-09-21T21:17:00.000-07:002008-09-21T21:24:12.922-07:00Lir-Ilir<object width="213" height="172"><param name="movie" value="http://www.youtube.com/v/diTgOm1VAf8&hl=en&fs=1"></param><param name="allowFullScreen" value="true"></param><embed src="http://www.youtube.com/v/diTgOm1VAf8&hl=en&fs=1" type="application/x-shockwave-flash" allowfullscreen="true" width="213" height="172"></embed></object><br /><br /><br />Lir-ilir, lir-ilir tandure wus sumilir<br />Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar<br />Cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi<br />Lunyu-lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro<br /><br />Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing pinggir<br />Dondomono jrumatono kanggo sebo mengko sore<br />Mumpung padhang rembulane mumpung jembar kalangane<br />Yo surako… surak hiyo<br /><br />Syair ini adalah hasil karya Sunan Kalijaga. Walaupun terkesan enteng, tetapi sesungguhnya didalamnya sarat dengan nilai dakwah dan tasawuf yang tinggi. Sebagai seorang wali Allah yang sangat jenius dalam bersyiar, beliau menggunakan budaya kultur setempat sebagai sarana pendekatan yang sangat efektif.<br /><br />Terjemahan dalam bahasa Indonesia adalah kira-kira sebagai berikut:<br /><br />Ayo bangun (dari tidur), tanam-tanaman sudah mulai bersemi,<br />demikian menghijau bagaikan pengantin baru<br />Wahai gembala, ambillah buah blimbing itu,<br />walaupun licin tetap panjatlah untuk mencuci pakaian<br /><br />Pakaian-pakaian yang telah koyak sisihkanlah<br />Jahit dan benahilah untuk menghadap nanti sore<br />Mumpung sedang terang bulan, mumpung sedang banyak waktu luang<br />Mari bersorak-sorak ayo…<br /><br />Maksud syair tersebut kira-kira seperti ini:<br /><br />Bangun, bangunlah kealam pemikiran yang baru. Lihatlah tanaman yang mulai bersemi itu.<br />(Tanaman yang mulai bersemi adalah benih iman. Secara hakikat Allah sudah mengisi setiap manusia dengan benih-benih kebaikan. Tinggal manusianya ada yang merawat dan ada juga yang mengacuhkannya.)<br /><br />Hijau adalah warna perlambang agama Islam yang saat itu kemunculannya bagaikan pengantin baru dan sangat menarik hati.<br /><br />Para penguasa diibaratkan sebagai penggembala yang ‘menggembalakan’ rakyat. Para penguasa itu disarankan untuk ‘mengambil’ agama Islam<br />(disimbolkan dengan buah belimbing yang mempunyai bentuk segi lima sebagai lambang rukun Islam).<br />Walaupun licin, susah, tetapi usahakanlah agar dapat masuk Islam demi mensucikan dodot.<br />(Dodot adalah jenis pakaian tradisional Jawa yang sering dipakai pembesar jaman dulu. Bagi orang Jawa, agama adalah ibarat pakaian, maka dodot dipakai sebagai lambang agama atau kepercayaan).<br /><br />Pakaianmu, (yaitu) agamamu sudah rusak maka jahitlah (perbaiki), sebagai bekal menghadap Robbmu.<br />Selagi ada cahaya terang yang menuntunmu, selagi masih hidup dan masih ada kesempatan bertobat.<br />Bergembiralah, semoga kalian mendapat anugerah dari Allah.<br /><br />Sumber:<br /><a href="http://www.jaist.ac.jp/~rac/pub/kanigara/id/Home/lirilir.htm">KANIGARA - Hikmah Dari Para Tercerahkan - Lir Ilir</a>uy@khttp://www.blogger.com/profile/10579418875154783361noreply@blogger.com0